Senin, 16 November 2009

Bedi Langodai: Saya Akan Cari Pelakunya

Selasa, 17 November 2009 | 11:14 WITA
BANYAK berubah! Hampir tiga bulan Lambertus Bedi Langodai mendekam di kamar sel Mapolres Lembata. Dia ditangkap dan ditahan dalam kasus pembunuhan kakak kandungnya, Yohakim Laka Loi Langodai (53). Yohakim ditemukan mati di hutan bakau di sebelah timur Bandara Wunopito, Lewoleba, Rabu (20/5/2009) silam.
Tegur sapanya masih seperti dulu saat masih menjadi orang bebas.  Berpapasan atau bertatap muka langsung, ia tak sungkan-sungkan menyapa. Senyumnya, tertawanya, gaya cengkramanya masih seperti dulu. Begitu bertemu lagi dengan Pos Kupang, Senin  (16/11/2009), di Mapolres Lembata, Bedi tak sungkan-sungkan minta dibelikan sebungkus rokok filter.
Ketika awal-awal kasus pembunuhan kakaknya sedang gencar diuber penyidik, hampir setiap waktu Bedi -- di Lewoleba lebih tenar dengan panggilan Vanderbed -- bisa dengan mudah ditemui.  Di rumah atau Polres Lembata, gampang saja. Sebagai kakak laki-laki  tertua, setelah kematian almarhum, Bedi  menjadi kendali dalam urusan-urusan penting di  keluarga selain adik-adiknya.
Mengenakan celana tiga perempat warna hijau yang mulai lusuh dipadu baju kos putih tanpa krah, fisik Bedi terlihat berubah. Jika tiga bulan silam rambutnya masih dominan hitam, kini lebih banyak yang uban. Putih. Kulitnya pun lebih terang dibanding dulu. Maklum, berada di dalam tahanan. Perut yang dulu agak gendut, berubah  kempes.  Badannya jadi lebih langsing dengan perutnya yang saat ini.
Apa saja yang dilakukan Bedi selama di tahanan? Bedi yang didampingi kuasa hukumnya, Luis Balun, SH,  bicara  tentang kematian  kakaknya sampai aktivitas sehari-hari di dalam kamar tahanan. Dia bicara tentang kondisi kesehatannya, juga tentang anaknya yang sangat tertekan mendengar cerita orang-orang. Dia juga membaca berita dari media mengenai keterlibatannya membunuh kakaknya.
Bedi mengakui, ia menghabiskan waktunya dengan berdoa, membaca kitab suci dan istirahat di dalam ruang tahanan. Kamar tahanan atau penjara  diibaratkan Bedi sebagai neraka, tempat orang bersalah dan berdosa.
"Saya ada di sini (sel)  bukan karena saya bersalah. Saya sudah buat kontrak dengan Tuhan. Saya berdoa seratus kali salam maria setiap hari, lima puluh kali siang hari dan lima puluh kali malam hari saya sembayang.  Saya serahkan sepenuhnya kepada Tuhan.  Saya tidak akan dendam dan marah kepada mereka yang  telah membawa saya masuk sel," tutur Bedi.
Ditangkap dan ditahan pertama kali menyusul Muhammad Kapitan dan Mathias Bala Langobelen, Bedi menegaskan bahwa sampai saat ini dia belum tahu keterlibatannya. Ia bahkan tak tahu persis sebab kematian kakaknya. Hanya hasil forensik menyatakan korban kehabisan nafas.
Penangkapan dan penahanannya, kata Bedi, karena ia menghormati tugas kepolisian. Ia juga menyatakan tak ingin mengorbankan keluarga dan anggota keluarga lainnya  menjebloskannya di dalam sel. Sampai hari-hari ini Bedi belum tahu  kenapa sampai dirinya berada di sel.
Bedi menyatakan, ia tak pernah menuduh siapa-siapa yang terlibat dalam pembunuhan kakaknya. Kecuali tersangka Bambang Trihantara, Bedi mengaku masih memiliki hubungan keluarga dengan Bala, Kapitan dan Erni Manuk. "Saya takut menuduh. Menuduh lebih berat daripada membunuh. Hubungan saya dengan tersangka sangat baik," katanya.
Bagaimana persiapannya menghadapi sidang di Pengadilan Negeri Lembata yang diperkirakan digelar sekitar bulan Desember 2009?  Bedi mengatakan, dia tidak tahu apa yang akan disampaikan dalam persidangan kelak. Namun, ia berharap sidang kematian kakaknya segera digelar supaya bisa diketahui siapa yang salah dan siapa yang benar.
Bedi optimis akan bebas dari jeratan hukum, sebab dia tahu posisinya tidak terlibat. Ia sudah merancang kegiatannya setelah bebas. Ia akan menelusuri jejak kakaknya sejak dari  kegiatannya di Manado, Sulawesi Utara,  kembali ke Surabaya, Kupang dan sampai tiba kembali di Lewoleba.
"Saya akan jual tanah saya di Makassar. Pertamina telah bersedia beli. Uangnya saya akan gunakan menelusuri  kematian kakak saya. Dia dengan siapa saja di sana (di Manado). Kembali ke Surabaya, tidur di mana, dengan siapa saja, saya akan telusuri semuanya. Kakak saya hanya hidup sekitar dua setengah jam di Lewoleba sampai ditemukan mati di hutan bakau. Saya belum pernah bicara apa pun dengan dia," ujar Bedi. (ius)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar